Serial drama kriminal Adolescence yang baru saja tayang di Netflix pada 13 Maret 2025, langsung mencuri perhatian banyak orang. Serial asal Inggris ini mengangkat isu yang sangat relevan dengan kehidupan remaja zaman sekarang: bahaya smartphone dan media sosial.
Jack Thorne, salah satu kreator serial ini, mengungkapkan bahwa Adolescence terinspirasi dari sisi gelap dunia internet yang dihadapi anak remaja. Menurutnya, smartphone bisa menjadi bumerang bagi mereka yang sedang mencari jati diri. Bukan hanya soal perangkatnya, tapi juga apa yang bisa diakses di dalamnya, terutama media sosial.
Salah satu adegan yang paling banyak dibicarakan muncul di episode kedua. Di episode ini, Inspektur Detektif Luke Bascombe menyelidiki kasus pembunuhan seorang siswi bernama Katie oleh teman sekelasnya, Jamie Miller. Kasus ini kemudian berkembang menjadi eksplorasi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada seorang anak laki-laki yang tampak biasa saja setelah melakukan tindakan mengerikan.
Apa Itu Incel dan Mengapa Ini Penting dalam Serial Adolescence?
Salah satu fokus utama dalam serial ini adalah gagasan tentang incel. Incel adalah singkatan dari involuntary celibate, atau orang yang tidak bisa berhubungan seksual meskipun mereka menginginkannya. Komunitas incel seringkali terkait dengan misogini atau kebencian terhadap perempuan.
Dalam Adolescence, Katie mengirimkan emoji dinamit kepada Jamie di Instagram. Emoji ini ternyata bukan sekadar gambar biasa, melainkan simbol dari pil merah yang meledak, sebuah istilah yang sering digunakan dalam manosphere atau komunitas daring yang misoginis. Ada juga emoji angka 100 yang melambangkan teori bahwa 80% wanita hanya tertarik pada 20% pria.
Thorne menjelaskan bahwa ide tentang budaya incel sangat menarik karena relevan dengan banyak hal, seperti perasaan terisolasi, rendah diri, dan merasa tidak menarik. Ia juga menambahkan bahwa platform media sosial memanfaatkan keinginan manusia untuk bersosialisasi, mendapatkan pengakuan, merasa inklusi, dan mendapatkan persetujuan, sehingga menciptakan semacam permainan yang membuat ketagihan.
Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Remaja?
Sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar 40% anak-anak berusia 14 hingga 17 tahun menghabiskan setidaknya enam jam sehari di media sosial. Thorne berpendapat bahwa dunia daring tidak hanya menyaingi dunia nyata, tetapi bahkan mengalahkannya. Algoritma media sosial menjadi semakin pintar dalam membuat orang terus terlibat, sehingga kehidupan daring menjadi lebih menarik.
Thorne juga menyoroti pentingnya pengawasan terhadap media sosial, terutama karena platform-platform tersebut seringkali tidak memiliki pengawasan yang memadai. Ia bahkan mengungkapkan bahwa di Inggris, ada upaya untuk berbicara dengan pemerintah tentang era persetujuan digital, sementara di Amerika, belum ada undang-undang yang mengatur hal ini.
Pesan Moral Apa yang Bisa Dipetik dari Adolescence?
Serial Adolescence menawarkan banyak pesan moral, terutama bagi para orang tua. Salah satunya adalah pentingnya memahami dunia digital yang dihadapi anak-anak mereka. Orang tua perlu menyadari bahwa media sosial bukan hanya tempat untuk bersenang-senang, tetapi juga bisa menjadi tempat yang berbahaya jika tidak diawasi dengan baik.
Selain itu, serial ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak. Dengan begitu, anak-anak akan merasa nyaman untuk berbagi masalah mereka, termasuk masalah yang mereka hadapi di dunia maya. Thorne berharap serial ini dapat membuka diskusi tentang kemarahan laki-laki, kekejaman, dan bagaimana kita dapat mencegah hal-hal buruk terjadi.
Adolescence mengajak kita untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental remaja dan bahaya yang mengintai di dunia digital. Semoga informasi ini bermanfaat!