Usai libur Lebaran, fenomena karyawan mengundurkan diri atau resign kerap terjadi. Banyak perusahaan yang mendapati sejumlah karyawannya mengajukan surat pengunduran diri setelah kembali dari cuti panjang. Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan, apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya?
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi keputusan karyawan untuk resign setelah Lebaran. Salah satunya adalah momentum evaluasi diri. Libur panjang memberikan kesempatan bagi karyawan untuk merenungkan kembali karier mereka, mengevaluasi pencapaian, dan mempertimbangkan apakah pekerjaan saat ini masih sejalan dengan tujuan jangka panjang mereka.
Selain itu, bonus dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterima saat Lebaran juga bisa menjadi pemicu. Uang THR yang terkumpul dapat menjadi modal awal bagi karyawan untuk memulai usaha sendiri atau mencari peluang kerja yang lebih baik dengan gaji dan fasilitas yang lebih menarik.
Kenapa Libur Panjang Bikin Karyawan Mikir Resign?
Libur panjang seringkali menjadi momen refleksi bagi banyak orang. Ketika rutinitas kerja terhenti, pikiran menjadi lebih jernih dan terbuka untuk mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan, termasuk karier. Karyawan jadi punya waktu untuk bertanya pada diri sendiri, apakah mereka benar-benar bahagia dengan pekerjaan mereka saat ini?
Mungkin selama ini mereka merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan, kurang dihargai, atau tidak memiliki kesempatan untuk berkembang. Libur panjang memberikan kesempatan untuk melihat gambaran yang lebih besar dan menyadari bahwa ada pilihan lain di luar sana.
Selain itu, libur Lebaran juga seringkali diisi dengan berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Obrolan santai dengan orang-orang terdekat bisa membuka wawasan baru tentang peluang karier yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya. Dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekat juga bisa menjadi dorongan bagi karyawan untuk mengambil langkah besar dalam karier mereka.
THR Habis, Kok Malah Resign?
Meskipun THR seharusnya menjadi penyemangat, kenyataannya uang tersebut justru bisa menjadi pemicu resign. Bagaimana bisa? Sederhana saja, THR memberikan karyawan keleluasaan finansial untuk mengambil risiko yang mungkin tidak berani mereka ambil sebelumnya.
Misalnya, seorang karyawan yang sudah lama ingin membuka usaha sendiri, tetapi terhalang oleh modal, bisa menggunakan THR sebagai modal awal. Atau, seorang karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya saat ini bisa menggunakan THR untuk membiayai pelatihan atau kursus yang dapat meningkatkan keterampilan mereka dan membuka peluang kerja yang lebih baik.
Selain itu, THR juga bisa menjadi uang pisah yang cukup untuk menutupi kebutuhan hidup selama beberapa bulan sambil mencari pekerjaan baru. Dengan adanya jaminan finansial ini, karyawan menjadi lebih berani untuk keluar dari zona nyaman dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan Biar Karyawan Nggak Kabur?
Menghadapi fenomena resign setelah Lebaran, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mempertahankan karyawan. Salah satunya adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan suportif. Karyawan akan merasa lebih betah jika mereka merasa dihargai, didukung, dan memiliki kesempatan untuk berkembang.
Perusahaan juga perlu memberikan kompensasi dan benefit yang kompetitif. Gaji yang sesuai dengan standar industri, tunjangan kesehatan yang memadai, dan program pengembangan karier yang jelas dapat menjadi daya tarik bagi karyawan untuk tetap bertahan.
Selain itu, komunikasi yang terbuka dan transparan juga sangat penting. Perusahaan perlu mendengarkan keluhan dan masukan dari karyawan, serta memberikan umpan balik yang konstruktif. Dengan begitu, karyawan akan merasa didengar dan dihargai, sehingga mengurangi keinginan mereka untuk mencari pekerjaan lain.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan perusahaan:
- Berikan kesempatan pengembangan diri melalui pelatihan dan workshop.
- Adakan kegiatan team building secara berkala untuk mempererat hubungan antar karyawan.
- Tawarkan fleksibilitas kerja, seperti jam kerja yang fleksibel atau kesempatan untuk bekerja dari rumah.
- Berikan apresiasi atas kinerja karyawan, baik secara finansial maupun non-finansial.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan suportif, perusahaan dapat mengurangi tingkat turnover karyawan dan mempertahankan talenta-talenta terbaik mereka.