Upāsaka Citta
(
Sanskerta
:
Citra
) adalah salah satu murid awam laki-laki (
upasaka
) utama Sang
Buddha
, bersama dengan
Hatthaka dari Alavi
. Ia dianggap sebagai murid awam Buddha yang paling terdepan dalam mengajarkan
Dhamma
(ajaran Buddha).
[
1
]
Dia adalah seorang saudagar kaya dari
Savatthi
. Dikatakan bahwa kehidupan dan karakternya begitu murni sehingga menjelang kematiannya, jika ia ingin menjadi
Cakkavatti
, atau raja universal, keinginannya akan tercapai. Akan tetapi, ia menolak keinginan tersebut karena bersifat
sementara
. Ia telah menjadi seorang
anāgāmi
(Yang Tidak Kembali Lagi).
Dalam
kitab Buddhis Awal
(Nigaṇṭha Nāṭaputta Sutta,
SN
41.8), Citta ditanya oleh pemimpin
agama Jain
, Nigaṇṭha Nātaputa (
Mahawira
), apakah dia percaya pada Buddha yang mengatakan bahwa ada konsentrasi (
samādhi
) yang bebas dari pertimbangan dan pemikiran. Awalnya, beliau memberikan jawaban yang ambigu, dengan mengatakan bahwa ia "tidak percaya", tetapi kemudian ternyata ia bukan sekadar "mempercayainya", melainkan sudah "mengetahui" hal-hal tersebut dari pengalamannya sendiri yang diperoleh ketika berlatih
.
[
2
]
Guru Dhamma awam
Sang Buddha
menganggap Upāsaka Citta sebagai guru
Dhamma
awam yang paling terpelajar dan jernih. Setelah menjadi murid awam Sang Buddha, ia membagikan dan menjelaskan ajaran Sang Buddha kepada warga kota lainnya, dan mengubah keyakinan lima ratus orang di antara mereka, dan pada suatu kesempatan membawa semua umat baru itu ke
Savatthi
untuk mengunjungi Sang Buddha. Khotbah-khotbah dalam
Tipitaka
yang disampaikan kepada dan oleh Citta menunjukkan pemahamannya yang mendalam terhadap aspek-aspek paling halus dari ajaran Buddha dan memang kemudian ia mencapai
pencerahan
sebagai seorang
anāgāmi
(Yang Tidak-Kembali).
[
3
]
Model bagi murid awam
Dalam
kitab Buddha Awal
(Ekaputtaka Sutta,
SN
17.23), Sang Buddha berkata bahwa seorang murid awam yang berbakti seharusnya memupuk keinginan untuk menjadi seperti Citta dan
Hatthaka
, sementara para biku yang berbakti seharusnya bercita-cita untuk menyamai
Sāriputta
dan
Mahāmoggallāna
. Itulah standar model yang ditetapkan bagi kaum awam dan biku. Dari sepuluh diskursus (
sutta
) instruktif yang terkandung dalam
Citta Saṃyutta
, tiga dari diskursus tersebut membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Citta kepada para biksu, tiga di antaranya adalah pertanyaan yang diajukan kepada Citta oleh para biksu, dan empat lainnya mengacu pada peristiwa-peristiwa pribadi.
[
4
]