Puasa Ramadan itu wajib hukumnya bagi umat Muslim yang sudah baligh dan mampu. Tapi, kadang ada aja halangan yang bikin kita nggak bisa puasa full sebulan penuh. Misalnya, sakit, bepergian jauh (musafir), atau buat perempuan ada haid dan nifas. Nah, kalau kayak gitu, kita wajib mengganti puasa yang bolong itu di hari lain. Inilah yang disebut dengan qadha puasa Ramadan.
Qadha puasa Ramadan itu sebenarnya simpel, kok. Intinya, kita mengganti jumlah hari puasa yang kita tinggalkan di bulan Ramadan. Misalnya, kalau kita nggak puasa 5 hari karena sakit, ya kita wajib mengganti 5 hari puasa di luar bulan Ramadan. Waktunya kapan? Bebas, asal sebelum Ramadan berikutnya tiba. Tapi, lebih cepat diganti, lebih baik, biar nggak numpuk utangnya.
Kenapa Sih Kita Wajib Qadha Puasa Ramadan?
Pertanyaan bagus! Jadi gini, puasa Ramadan itu kan rukun Islam yang wajib kita tunaikan. Kalau kita nggak bisa puasa karena alasan yang dibenarkan syariat, kita tetap punya kewajiban untuk menggantinya. Ini sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT dan juga biar ibadah puasa kita tetap sempurna. Ibaratnya, kalau kita pinjam uang, ya harus dikembalikan, kan? Sama kayak puasa, kalau bolong, ya harus diganti.
Terus, gimana kalau kita lupa jumlah hari puasa yang bolong? Nah, ini pentingnya kita mencatat atau mengingat-ingat. Tapi, kalau beneran lupa, kita bisa mengganti dengan perkiraan jumlah hari yang paling mendekati. Misalnya, kita ingat-ingat kayaknya sekitar 7 atau 8 hari, ya udah, kita ambil yang paling banyak, yaitu 8 hari, buat jaga-jaga.
Niat qadha puasa Ramadan juga penting, lho. Niatnya diucapkan dalam hati sebelum sahur. Bunyinya kurang lebih begini: Nawaitu shauma qadha’i Ramadhana lillahi ta’ala. Artinya, Saya niat puasa qadha Ramadan karena Allah Ta’ala.
Qadha Puasa Ramadan: Harus Urut atau Bebas?
Nah, ini juga sering jadi pertanyaan. Sebenarnya, nggak ada ketentuan yang mengharuskan kita mengganti puasa secara berurutan. Jadi, kita bebas mau menggantinya kapan aja, mau dicicil satu-satu, atau langsung beberapa hari sekaligus, terserah kita. Yang penting, sebelum Ramadan berikutnya tiba, semua utang puasa kita udah lunas.
Tapi, ada juga sebagian ulama yang menyarankan untuk mengganti puasa secara berurutan, kalau memungkinkan. Tujuannya biar lebih afdhol dan juga biar kita nggak lupa. Tapi, sekali lagi, ini bukan kewajiban, ya. Yang wajib itu mengganti jumlah hari puasa yang bolong, mau urut atau nggak, nggak masalah.
Selain niat, ada juga doa yang bisa kita baca saat berbuka puasa qadha. Doanya sama aja kayak doa berbuka puasa Ramadan, yaitu: Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthartu. Artinya, Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, dan atas rezeki-Mu aku berbuka.
Bolehkah Menggabungkan Qadha Puasa dengan Puasa Sunnah?
Ini pertanyaan menarik! Jadi gini, sebagian ulama membolehkan kita menggabungkan niat qadha puasa Ramadan dengan puasa sunnah, misalnya puasa Senin-Kamis atau puasa Arafah. Tapi, ada juga yang nggak membolehkan. Alasannya, karena qadha puasa itu wajib, sedangkan puasa sunnah itu hukumnya sunnah. Jadi, nggak bisa digabungin.
Kalau kita mau aman, sebaiknya kita fokus aja mengganti puasa Ramadan yang bolong dulu. Setelah itu, baru deh kita laksanakan puasa-puasa sunnah. Tapi, kalau misalnya kita lagi pengen banget puasa sunnah, tapi masih punya utang puasa Ramadan, ya nggak masalah juga kalau mau digabungin niatnya. Yang penting, kita udah berusaha untuk mengganti kewajiban kita.
Intinya, qadha puasa Ramadan itu adalah kewajiban yang harus kita tunaikan kalau kita nggak bisa puasa di bulan Ramadan karena alasan yang dibenarkan syariat. Caranya simpel, niat, puasa sejumlah hari yang kita tinggalkan, dan berdoa saat berbuka. Waktunya bebas, asal sebelum Ramadan berikutnya tiba. Semoga kita semua diberi kemudahan untuk mengganti puasa Ramadan yang bolong, ya!
Semoga artikel ini bermanfaat dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar qadha puasa Ramadan.