Deparia Stellata, Spesies Baru Paku dari Pegunungan Papua Nugini

Kabar gembira datang dari dunia botani! Seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ibu Wita Wardani, berhasil menemukan jenis tanaman paku baru yang diberi nama Deparia stellata. Penemuan ini tentu saja menambah kekayaan keanekaragaman hayati kita, khususnya di wilayah Papua Nugini yang memang terkenal dengan hutannya yang lebat dan menyimpan banyak sekali spesies unik.

Deparia stellata ini ditemukan di pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini. Daerah ini memang surganya tumbuhan paku, karena kondisi lingkungannya yang sangat mendukung. Hutan tropis yang lembap dan tanah yang kaya akan bahan organik membuat tumbuhan paku merasa betah untuk tumbuh subur di sana.

Yang bikin Deparia stellata ini unik adalah adanya rambut-rambut bintang berwarna gelap kemerahan yang menutupi tulang daun utamanya (rakis) dan tulang daun sekundernya (kosta). Rambut bintang ini belum pernah ditemukan pada jenis Deparia lainnya, jadi bisa dibilang ini adalah ciri khasnya.

Kenapa Disebut Rambut Bintang? Apa Bentuknya Mirip Bintang?

Mungkin banyak yang penasaran, kenapa ya kok disebut rambut bintang? Apakah bentuknya benar-benar mirip bintang seperti yang ada di langit? Nah, untuk melihat detailnya, para peneliti menggunakan mikroskop dengan pembesaran tinggi di Herbarium Bogor (BO). Dari situ, barulah terlihat jelas bentuk rambut-rambut kecil yang menyerupai bintang. Keren, kan?

Awalnya, Ibu Wita sempat mengira kalau spesimen ini adalah Deparia petersenii, jenis yang sudah dikenal. Tapi, setelah diamati lebih lanjut, ternyata ada perbedaan yang signifikan pada permukaan tangkai dan tulang daunnya. Dari situlah muncul kecurigaan bahwa ini adalah spesies yang berbeda.

Proses identifikasi ini tidaklah mudah. Ibu Wita dibantu oleh ahli line drawing, Bapak Wahyudi Santoso, yang bertugas menggambar detail spesimen secara akurat. Gambar ini sangat penting untuk membandingkan dengan jenis Deparia lainnya dan memastikan bahwa ini benar-benar spesies baru.

Selain itu, Ibu Wita juga memanfaatkan fasilitas seperti JSTOR Global Plants, yang menyediakan gambar spesimen beresolusi tinggi. Ini sangat membantu dalam proses identifikasi, terutama untuk melihat karakteristik yang umum. Tapi, untuk melihat detail mikroskopis seperti rambut bintang, pemeriksaan langsung tetap diperlukan.

Rambut Bintang: Adaptasi atau Sekadar Variasi?

Pertanyaan menarik lainnya adalah, apakah rambut bintang ini merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan tertentu, atau hanya sekadar variasi morfologis? Ibu Wita sendiri mengatakan bahwa karakteristik ini perlu dikaji lebih lanjut. Bisa jadi, rambut bintang ini membantu Deparia stellata untuk bertahan hidup di lingkungannya, misalnya dengan mengurangi penguapan atau melindungi dari serangga.

Penemuan Deparia stellata ini berawal dari spesimen yang dikumpulkan oleh W.R. Barker dalam Ekspedisi Pegunungan Bintang tahun 1975. Ekspedisi ini merupakan kerjasama antara Rijksherbarium Belanda dan herbarium nasional Papua Nugini. Spesimen tersebut kemudian disimpan di herbarium Natural History Museum London (BM), dan baru teridentifikasi sebagai spesies baru pada tahun 2016, saat Ibu Wita berkunjung ke sana.

Penemuan ini juga menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi internasional dan akses ke herbarium besar dalam penelitian taksonomi. Dengan adanya kerjasama dan akses ke koleksi spesimen yang lengkap, para peneliti bisa lebih mudah untuk mengidentifikasi spesies baru dan mengungkap keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini.

Apa Artinya Penemuan Ini Bagi Keanekaragaman Hayati Indonesia?

Penemuan Deparia stellata ini tentu saja sangat penting bagi upaya kita untuk mengungkap keanekaragaman hayati, khususnya di wilayah Malesia (yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Brunei Darussalam). Ini menunjukkan bahwa masih banyak spesies tumbuhan dan hewan yang belum kita ketahui, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau seperti pedalaman hutan Papua.

Selain itu, penemuan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kelestarian hutan. Hutan adalah rumah bagi berbagai macam spesies, dan jika hutan rusak, maka spesies-spesies ini juga akan terancam punah. Oleh karena itu, kita semua punya tanggung jawab untuk menjaga hutan agar tetap lestari, demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.

Semoga penemuan Deparia stellata ini bisa menjadi inspirasi bagi para peneliti lainnya untuk terus menggali potensi keanekaragaman hayati Indonesia. Dengan semakin banyak spesies yang kita ketahui, kita akan semakin sadar akan betapa kayanya alam kita, dan semakin termotivasi untuk menjaganya.

More From Author

Banjir Kali Ciliwung Rendam 62 RT di Jakarta, Warga Diminta Waspada dan Siaga

Aurel Hermansyah Bukber Bareng Krisdayanti dan Ashanty, Kehangatan Ibu-Anak yang Menyentuh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *