FAFO Parenting, Metode Viral Ajarkan Anak Tanggung Jawab Sejak Dini

Pernah dengar istilah FAFO parenting? Gaya pengasuhan ini lagi jadi perbincangan hangat di kalangan orang tua. Intinya, FAFO parenting ini membiarkan anak mengalami konsekuensi alami dari perbuatan mereka sendiri. Jadi, orang tua tidak selalu turun tangan untuk menyelamatkan anak dari masalah yang mereka buat.

Salah satu contohnya, istri dari pemain Super Bowl Jason Kelce, yaitu Kyle Kelce, sempat cerita di sebuah podcast tentang bagaimana suaminya menerapkan FAFO parenting pada putri mereka. Ada juga cerita dari influencer TikTok @HeyImJanelle yang membiarkan anaknya memutuskan sendiri kapan mau ganti baju kering setelah menolak pakai jas hujan saat berkemah.

Apa sih sebenarnya FAFO parenting itu?

FAFO adalah singkatan dari F Around and Find Out. Dalam konteks parenting, ini berarti membiarkan anak membuat pilihan dan menghadapi akibatnya, baik itu menyenangkan atau tidak. Tujuannya adalah agar anak belajar dari pengalaman mereka sendiri dan menjadi lebih bertanggung jawab.

Misalnya, kalau anak menolak pakai jaket saat cuaca dingin, biarkan saja. Nanti dia akan merasakan sendiri betapa tidak nyamannya kedinginan. Dengan begitu, anak akan belajar tanpa perlu dimarahi atau dinasihati panjang lebar.

Kapan FAFO parenting boleh diterapkan?

Menurut Kimberly King, seorang penulis dan pendidik parenting, FAFO parenting sebaiknya diterapkan dengan akal sehat dan konsekuensi yang sesuai dengan usia anak. Ini penting agar anak belajar tanggung jawab tanpa merasa terancam atau stres berlebihan.

Contohnya, daripada bilang Kalau tidak mengerjakan PR, kamu akan gagal!, lebih baik katakan Kalau kamu tidak mengerjakan PR sekarang, kamu akan tidur lebih larut dan mengantuk besok pagi.

Apakah FAFO parenting selalu efektif?

Tidak selalu. Vanessa Lapointe, seorang konsultan parenting, menjelaskan bahwa FAFO parenting mungkin tidak cocok untuk anak yang sangat sensitif. Selain itu, pendekatan ini juga tidak selalu sesuai dengan setiap keluarga dan situasi kehidupan sehari-hari.

Vanessa juga mengingatkan agar orang tua tidak menetapkan standar terlalu tinggi atau membiarkan anak terus-menerus berada dalam bahaya fisik. Hal ini bisa berdampak buruk pada kesejahteraan emosional anak.

Intinya, FAFO parenting bukan berarti membiarkan anak terlantar. Orang tua tetap perlu menetapkan batasan yang jelas dan memberikan dukungan saat anak kesulitan.

Berikut beberapa tips menerapkan FAFO parenting dengan bijak:

  • Tetapkan batasan yang jelas: Pastikan anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
  • Berikan konsekuensi yang sesuai: Konsekuensi harus relevan dengan tindakan anak dan sesuai dengan usianya.
  • Beri dukungan saat dibutuhkan: Jika anak terus kesulitan dengan suatu masalah, bantu mereka mencari solusinya.
  • Gunakan akal sehat: Pertimbangkan kepribadian dan kebutuhan anak sebelum menerapkan FAFO parenting.

FAFO parenting bisa menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan konsekuensi. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak unik dan membutuhkan pendekatan yang berbeda. Jadi, gunakan FAFO parenting dengan bijak dan sesuaikan dengan kebutuhan anak Anda.

Ingat, tujuan utama parenting adalah untuk membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan bahagia. Jadi, pilihlah gaya pengasuhan yang paling sesuai dengan nilai-nilai keluarga Anda dan kebutuhan anak Anda.

More From Author

Tips Buang Sisa Lemak di Blender dengan Satu Jenis Sampah Dapur

Cara Cek NIK KTP Penerima Bansos, Pastikan Nama Kamu Terdaftar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *