Penentuan kapan kita akan merayakan Lebaran memang selalu jadi topik hangat setiap tahunnya. Pemerintah, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (NU) punya cara masing-masing untuk menentukan kapan tepatnya kita akan bersilaturahmi dan menikmati opor ayam bersama keluarga.
Muhammadiyah, misalnya, sudah jauh-jauh hari menetapkan tanggal Lebaran berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025. Mereka menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, sebuah pendekatan astronomi yang cukup detail. Jadi, buat warga Muhammadiyah, tanggal Lebaran sudah bisa dikantongi dari sekarang.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) juga punya perhitungan sendiri. Berdasarkan kalender Hijriah yang mereka terbitkan, perkiraan awal 1 Syawal 1446 Hijriah atau Idul Fitri 2025 jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025. Tapi, ingat ya, ini masih perkiraan. Keputusan finalnya tetap harus menunggu sidang isbat.
Kenapa Penentuan Lebaran Bisa Berbeda-beda?
Perbedaan ini sebenarnya wajar, kok. Penyebab utamanya adalah perbedaan metode yang digunakan. Muhammadiyah dengan hisab hakiki wujudul hilalnya, pemerintah dengan kalender Hijriah dan sidang isbatnya, dan NU juga punya mekanisme tersendiri yang biasanya melibatkan rukyatul hilal (melihat hilal secara langsung).
Hisab hakiki wujudul hilal itu intinya menghitung posisi bulan secara matematis dan astronomis. Kalau hilal (bulan sabit muda) sudah memenuhi kriteria tertentu, misalnya sudah berada di atas ufuk, maka tanggal baru sudah bisa ditetapkan. Sementara itu, rukyatul hilal lebih mengandalkan pengamatan langsung. Kalau hilal terlihat, berarti bulan baru sudah masuk.
Sidang isbat sendiri adalah forum yang diadakan pemerintah untuk menentukan awal bulan Hijriah, termasuk Syawal. Sidang ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari ahli astronomi, perwakilan ormas Islam, hingga tokoh masyarakat. Hasil sidang isbat inilah yang kemudian menjadi acuan resmi pemerintah.
Apa Itu Sidang Isbat dan Kenapa Penting?
Sidang isbat itu penting karena menjadi dasar bagi pemerintah untuk menetapkan hari-hari penting keagamaan, termasuk Idul Fitri. Sidang ini juga menjadi wadah untuk menyatukan berbagai pandangan dan memastikan bahwa keputusan yang diambil memiliki legitimasi yang kuat.
Dalam sidang isbat, pemerintah akan mendengarkan laporan dari tim rukyat yang bertugas mengamati hilal di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Laporan ini kemudian akan dibandingkan dengan hasil hisab. Jika hilal terlihat dan hasil hisab juga mendukung, maka sidang isbat akan menetapkan tanggal 1 Syawal.
Lalu, Bagaimana Sikap Kita Menghadapi Perbedaan Ini?
Perbedaan dalam penentuan Lebaran ini sebenarnya adalah rahmat. Kita bisa belajar untuk lebih toleran dan menghargai perbedaan pendapat. Yang terpenting adalah tetap menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan tidak menjadikan perbedaan ini sebagai sumber perpecahan.
Kita bisa menghormati keputusan Muhammadiyah yang sudah menetapkan tanggal Lebaran jauh-jauh hari. Kita juga bisa menunggu dengan sabar hasil sidang isbat yang akan diumumkan oleh pemerintah. Apapun hasilnya, yang penting adalah kita merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita dan kebersamaan.
Jadi, mari kita sambut Lebaran dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita selama bulan Ramadan dan memberikan kita kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.