Pemilu Australia Minim Spanduk, Fokus ke Gagasan

Pemilu di Australia dan Indonesia punya perbedaan yang cukup mencolok, mulai dari cara politisi berkampanye hingga bagaimana masyarakat menanggapi mereka. Mari kita lihat lebih dekat apa saja perbedaannya.

Di Australia, debat kebijakan menjadi fokus utama. Rizal, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Australia, mengatakan bahwa para calon politik di sana lebih mengedepankan program dan kebijakan yang akan mereka lakukan jika terpilih. Hal ini berbeda dengan di Indonesia, di mana isu identitas partai seringkali lebih menonjol.

Profesor Edward Aspinall dari Australian National University (ANU) menambahkan bahwa persaingan perdebatan soal kebijakan di Indonesia masih minim. Di Australia, partai-partai besar seperti Partai Liberal-Nasional (LNP) dan Partai Buruh memiliki pendekatan yang berbeda terhadap isu-isu seperti pajak dan tunjangan sosial. LNP cenderung ingin menurunkan pajak, sementara Partai Buruh lebih memilih pajak tinggi untuk mendanai bantuan sosial yang lebih besar.

Kenapa Politisi Australia Lebih Fokus pada Kebijakan?

Salah satu alasannya adalah ekspektasi masyarakat. Profesor Edward menjelaskan bahwa jika politisi di Australia melanggar janji mereka, masyarakat cenderung akan merasa dikhianati. Contohnya, mantan Perdana Menteri Tony Abbott pernah berjanji tidak akan memotong anggaran pendidikan dan kesehatan, namun kemudian melakukannya setelah terpilih. Hal ini langsung berdampak pada penurunan dukungan dalam survei politik.

Sistem dwi-partai di Australia juga berperan. Dengan hanya dua partai besar yang mendominasi parlemen, persaingan lebih terfokus pada perbedaan kebijakan dan visi masing-masing partai. Ini berbeda dengan sistem multi-partai di Indonesia, di mana banyak partai bersaing dan isu identitas seringkali menjadi daya tarik utama.

Atribut kampanye juga menjadi perbedaan yang mencolok. Sita Dewi, seorang warga Indonesia yang sedang mengambil S3 di ANU, mengatakan bahwa atribut kampanye di Australia jauh lebih sedikit dan lebih teratur dibandingkan di Indonesia. Rizal juga sependapat, ia merasa atribut kampanye di Australia lebih logis dan tidak banyak gimmick seperti yang sering kita lihat di Indonesia.

Di Indonesia, baliho, poster, dan stiker kampanye bisa ditemukan di mana-mana, bahkan seringkali dianggap sebagai polusi pemandangan. Namun, Sita juga mengakui bahwa keberadaan atribut kampanye ini membantu meramaikan suasana pemilu di Indonesia.

Apakah Masyarakat Indonesia Lebih Mudah Menerima Politisi?

Profesor Edward berpendapat bahwa tingkat kepuasan terhadap lembaga pemerintahan di Indonesia cenderung lebih tinggi dibandingkan di Australia. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor budaya dan ekspektasi yang berbeda terhadap politisi.

Namun, baik di Australia maupun Indonesia, para calon politik menghadapi tantangan yang sama dalam menjangkau masyarakat yang tidak peduli terhadap politik. Profesor Edward mengatakan bahwa di setiap negara selalu ada kelompok masyarakat yang lebih tertarik pada dunia politik, sementara ada juga yang kurang peduli.

Partisipasi pemilu juga berbeda. Pada pemilu tahun 2024, jumlah warga Indonesia yang memilih mencapai 204,8 juta, jauh lebih besar dibandingkan jumlah warga Australia yang memenuhi syarat untuk memilih, yaitu 18,3 juta orang pada 31 Desember 2024. Salah satu alasannya adalah Australia mewajibkan warganya untuk memilih, jika tidak maka akan dikenakan denda. Hal ini memaksa warga yang alergi politik untuk tetap terlibat dalam proses demokrasi.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Perbedaan Pemilu di Australia dan Indonesia?

Perbedaan antara pemilu di Australia dan Indonesia memberikan kita wawasan tentang bagaimana sistem politik dan budaya mempengaruhi cara politisi berkampanye dan bagaimana masyarakat menanggapi mereka. Di Australia, fokus pada debat kebijakan dan ekspektasi yang tinggi terhadap politisi mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab terhadap janji-janji mereka.

Sementara di Indonesia, isu identitas dan atribut kampanye yang meriah menjadi daya tarik tersendiri. Meskipun tingkat kepuasan terhadap lembaga pemerintahan cenderung lebih tinggi, penting bagi politisi untuk tetap memperhatikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Pada akhirnya, baik di Australia maupun Indonesia, tujuan pemilu tetap sama: untuk memilih pemimpin yang dapat mewakili kepentingan rakyat dan membawa perubahan positif bagi negara.

More From Author

Jadwal Liga Champions 9-10 April 2025: Perempat Final Dimulai!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *